Translate

Senin, 15 Agustus 2016

Sejarah Sekolah Minggu

Artikel pertama di blog ini adalah Sejarah Sekolah Minggu. Mungkin banyak di antara Anda yang sudah lama melayani Tuhan di Sekolah Minggu tapi tidak mengetahui sejarah Sekolah Minggu…
Bagi Anda, Sekolah Minggu mungkin hanya suatu tradisi, bagian dari masa lalu Anda, dan mungkin tempat Anda melayani saat ini. Sekolah Minggu awalnya didirikan untuk anak-anak miskin dan tidak berpendidikan di Inggris pada sekitar tahun 1780-an. Anak-anak ini sehari-hari bekerja di pabrik sehingga tidak memiliki waktu untuk belajar.
Gerakan Sekolah Minggu ini dimulai oleh seorang Penginjil Anglikan Inggris bernama Robert Raikes (1725-1811). Dia memanfaatkan waktu libur anak-anak itu dari pekerjaan di pabrik. Disediakannya pakaian bersih dan materi ajar mengenai baca, tulis, kebersihan dan bagaimana menjadi warga negara yang baik.
Gereja mendukung program ini, berharap bahwa Sekolah Minggu dapat membangun masa depan yang lebih baik untuk anak-anak maupun bagi masyarakat sekitar. Walaupun awalnya tidak dimaksudkan untuk penginjilan atau pelajaran agama, tapi tujuan utama dari Sekolah Minggu ini adalah perbaikan moral yang didasarkan pada kebenaran Kitab Suci. Diharapkan Sekolah Minggu dapat mentransformasi hati dari anak-anak. Demikianlah Sekolah Minggu awalnya berdiri.
Awal tahun 1800-an, tujuan Sekolah Minggu berubah. Gereja Presbiterian baru melihat bahwa Sekolah Minggu merupakan kesempatan untuk mengajarkan Injil dan doktrin pada anak-anak, sementara itu, banyak pemimpin Sekolah Minggu mulai mendekati sekolah umum agar mereka terbuka untuk anak-anak yang membutuhkan sehingga Sekolah Minggu sendiri dapat fokus pada pendidikan rohani.
Tujuan utama dari Sekolah Minggu yang baru adalah regenerasi dan perubahan hidup dari anak-anak. Seiring dengan perkembangannya, Murid Sekolah Minggu didorong untuk mengingat banyak ayat-ayat Alkitab, mendapatkan hadiah dan penghargaan jika dapat menghafalnya. Ide ini dimulai ketika pemimpin Sekolah Minggu melihat bahwa anak-anak lebih tertarik pada hadiah daripada Firman Tuhan.
Di Amerika, Sekolah Minggu yang pertama diadakan tahun 1824, bertujuan untuk mengatur anak-anak, menginjili mereka dan mengajar tentang sopan santun. Fokus utamanya adalah penginjilan, dan dalam 100 tahun berikutnya Sekolah Minggu menjadi andalan utama gereja dalam penjangkauan. Sekolah Minggu kemudian berkembang untuk segala usia, menjadi tempat orang yang tidak percaya untuk diperkenalkan, dan berdaptasi dengan kehidupan di gereja.
Pada akhir 1800an, Sekolah Minggu dilihat sebagai harapan utama untuk perkembangan gereja. Pandangan ini terus berlanjut sampai pertengahan abad ke-20.
Terjadi penurunan jumlah anak-anak di Sekolah Minggu pada 50 tahun belakangan. Beberapa beranggapan hal ini terjadi karena pergeseran fungsi dari penginjilan menjadi pemuridan. Studi membuktikan bahwa dimana Sekolah Minggu bertumbuh, jumlah anggota jemaat meningkat. Ide bahwa Sekolah Minggu adalah kesempatan utama untuk penginjilan mungkin hal yang baru bagi sebagian kita. Mungkinkah model penginjilan anak dapat membantu memperbaharui gereja kita?
Apakah kehadiran anak-anak di Sekolah Minggu Anda mengalami penurunan atau justru meningkat? Satu hal yang pasti, Sekolah Minggu saat ini telah mengalami banyak perubahan dari ide awalnya, yaitu untuk perubahan hidup “anak jalanan”

diambil dari berbagai sumber

Rabu, 02 Januari 2013

Potong Bebek Angsa versi Inggris

Slaughter the duck and swan

Let’s cook on the pan

A girl wanna dance oi

Dancing for times

Let’s bend to the left

Let’s bend to the right
 
La la la.. la la.. la la la la la....

Come into jungle

Pick up rambutan

Then a tiger pursues us

Sabtu, 29 Desember 2012

Asal-mula / Sejarah Pohon Natal


Asal-usul-Pohon-NatalKisah Pohon Natal merupakan bagian dari riwayat hidup St. Bonifasius, yang nama aslinya adalah Winfrid. St. Bonifasius dilahirkan sekitar tahun 680 di Devonshire, Inggris. Pada usia lima tahun, ia ingin menjadi seorang biarawan; ia masuk sekolah biara dekat Exeter dua tahun kemudian. Pada usia empatbelas tahun, ia masuk biara di Nursling dalam wilayah Keuskupan Winchester. St. Bonifasius seorang yang giat belajar, murid abas biara yang berpengetahuan luas, Winbert. Kelak, Bonifasius menjadi pimpinan sekolah tersebut.
Pada waktu itu, sebagian besar penduduk Eropa utara dan tengah masih belum mendengar tentang Kabar Gembira. St. Bonifasius memutuskan untuk menjadi seorang misionaris bagi mereka. Setelah satu perjuangan singkat, ia mohon persetujuan resmi dari Paus St. Gregorius II. Bapa Suci menugaskannya untuk mewartakan Injil kepada orang-orang Jerman. (Juga pada waktu itu St. Bonifasius mengubah namanya dari Winfrid menjadi Bonifasius). St. Bonifasius menjelajah Jerman melalui pegunungan Alpen hingga ke Bavaria dan kemudian ke Hesse dan Thuringia. Pada tahun 722, paus mentahbiskan St. Bonifasius sebagai uskup dengan wewenang meliputi seluruh Jerman. Ia tahu bahwa tantangannya yang terbesar adalah melenyapkan takhayul kafir yang menghambat diterimanya Injil dan bertobatnya penduduk. Dikenal sebagai “Rasul Jerman”, St. Bonifasius terus mewartakan Injil hingga ia wafat sebagai martir pada tahun 754. Marilah kita memulai cerita kita tentang Pohon Natal.
Dengan rombongan pengikutnya yang setia, St. Bonifasius sedang melintasi hutan dengan menyusuri suatu jalan setapak Romawi kuno pada suatu Malam Natal. Salju menyelimuti permukaan tanah dan menghapus jejak-jejak kaki mereka. Mereka dapat melihat napas mereka dalam udara yang dingin menggigit. Meskipun beberapa di antara mereka mengusulkan agar mereka segera berkemah malam itu, St. Bonifasius mendorong mereka untuk terus maju dengan berkata, “Ayo, saudara-saudara, majulah sedikit lagi. Sinar rembulan menerangi kita sekarang ini dan jalan setapak enak dilalui. Aku tahu bahwa kalian capai; dan hatiku sendiri pun rindu akan kampung halaman di Inggris, di mana orang-orang yang aku kasihi sedang merayakan Malam Natal. Oh, andai saja aku dapat melarikan diri dari lautan Jerman yang liar dan berbadai ganas ini ke dalam pelukan tanah airku yang aman dan damai! Tetapi, kita punya tugas yang harus kita lakukan sebelum kita berpesta malam ini. Sebab sekarang inilah Malam Natal, dan orang-orang kafir di hutan ini sedang berkumpul dekat pohon Oak Geismar untuk memuja dewa mereka, Thor; hal-hal serta perbuatan-perbuatan aneh akan terjadi di sana, yang menjadikan jiwa mereka hitam. Tetapi, kita diutus untuk menerangi kegelapan mereka; kita akan mengajarkan kepada saudara-saudara kita itu untuk merayakan Natal bersama kita karena mereka belum mengenalnya. Ayo, maju terus, dalam nama Tuhan!”
Mereka pun terus melangkah maju dengan dikobarkan kata-kata semangat St. Bonifasius. Sejenak kemudian, jalan mengarah ke daerah terbuka. Mereka melihat rumah-rumah, namun tampak gelap dan kosong. Tak seorang pun kelihatan. Hanya suara gonggongan anjing dan ringkikan kuda sesekali memecah keheningan. Mereka berjalan terus dan tiba di suatu tanah lapang di tengah hutan, dan di sana tampaklah pohon Oak Kilat Geismar yang keramat. “Di sini,” St. Bonifasius berseru sembari mengacungkan tongkat uskup berlambang salib di atasnya, “di sinilah pohon oak Kilat; dan di sinilah salib Kistus akan mematahkan palu sang dewa kafir Thor.”
Di depan pohon oak itu ada api unggun yang sangat besar. Percikan-percikan apinya menari-nari di udara. Warga desa mengelilingi api unggun menghadap ke pohon keramat. St. Bonifasius menyela pertemuan mereka, “Salam, wahai putera-putera hutan! Seorang asing mohon kehangatan api unggunmu di malam yang dingin.” Sementara St. Bonifasius dan para pengikutnya mendekati api unggun, mata orang-orang desa menatap orang-orang asing ini. St. Bonifasius melanjutkan, “Aku saudaramu, saudara bangsa German, berasal dari Wessex, di seberang laut. Aku datang untuk menyampaikan salam dari negeriku, dan menyampaikan pesan dari Bapa-Semua, yang aku layani.”
Hunrad, pendeta tua dewa Thor, menyambut St. Bonifasius beserta para pengikutnya. Hunrad kemudian berkata kepada mereka, “Berdirilah di sini, saudara-saudara, dan lihatlah apa yang membuat dewa-dewa mengumpulkan kita di sini! Malam ini adalah malam kematian dewa matahari, Baldur yang Menawan, yang dikasihi para dewa dan manusia. Malam ini adalah malam kegelapan dan kekuasaan musim dingin, malam kurban dan kengerian besar. Malam ini Thor yang agung, dewa kilat dan perang, kepada siapa pohon oak ini dikeramatkan, sedang berduka karena kematian Baldur, dan ia marah kepada orang-orang ini sebab mereka telah melalaikan pemujaan kepadanya. Telah lama berlalu sejak sesaji dipersembahkan di atas altarnya, telah lama sejak akar-akar pohonnya yang keramat disiram dengan darah. Sebab itu daun-daunnya layu sebelum waktunya dan dahan-dahannya meranggas hingga hampir mati. Sebab itu, bangsa-bangsa Slav dan Saxon telah mengalahkan kita dalam pertempuran. Sebab itu, panenan telah gagal, dan gerombolan serigala memporak-porandakan kawanan ternak, kekuatan telah menjauhi busur panah, gagang-gagang tombak menjadi patah, dan babi hutan membinasakan pemburu. Sebab itu, wabah telah menyebar di rumah-rumah tinggal kalian, dan jumlah mereka yang tewas jauh lebih banyak daripada mereka yang hidup di seluruh dusun-dusunmu. Jawablah aku, hai kalian, tidakkah apa yang kukatakan ini benar?” Orang banyak menggumamkan persetujuan mereka dan mereka mulai memanjatkan puji-pujian kepada Thor.
Ketika suara-suara itu telah reda, Hunrad mengumumkan, “Tak satu pun dari hal-hal ini yang menyenangkan dewa. Semakin berharga persembahan yang akan menghapuskan dosa-dosa kalian, semakin berharga embun merah yang akan memberi hidup baru bagi pohon darah yang keramat ini. Thor menghendaki persembahan kalian yang paling berharga dan mulia.”
Dengan itu, Hunrad menghampiri anak-anak, yang dikelompokkan tersendiri di sekeliling api unggun. Ia memilih seorang anak laki-laki yang paling elok, Asulf, putera Duke Alvold dan isterinya, Thekla, lalu memaklumkan bahwa anak itu akan dikurbankan untuk pergi ke Valhalla guna menyampaikan pesan rakyat kepada Thor. Orang tua Asulf terguncang hebat. Tetapi, tak seorang pun berani berbicara.
Hunrad menggiring anak itu ke sebuah altar batu yang besar antara pohon oak dan api unggun. Ia mengenakan penutup mata pada anak itu dan menyuruhnya berlutut dan meletakkan kepalanya di atas altar batu. Orang-orang bergerak mendekat, dan St. Bonifasius menempatkan dirinya dekat sang pendeta. Hunrad kemudian mengangkat tinggi-tinggi palu dewa Thor keramat miliknya yang terbuat dari batu hitam, siap meremukkan batok kepala Asulf yang kecil dengannya. Sementara palu dihujamkan, St. Bonifasius menangkis palu itu dengan tongkat uskupnya sehingga palu terlepas dari tangan Hunrad dan patah menjadi dua saat menghantam altar batu. Suara decak kagum dan sukacita membahana di udara. Thekla lari menjemput puteranya yang telah diselamatkan dari kurban berdarah itu lalu memeluknya erat-erat.
St. Bonifasius, dengan wajahnya bersinar, berbicara kepada orang banyak, “Dengarlah, wahai putera-putera hutan! Tidak akan ada darah mengalir malam ini. Sebab, malam ini adalah malam kelahiran Kristus, Putera Bapa Semua, Juruselamat umat manusia. Ia lebih elok dari Baldur yang Menawan, lebih agung dari Odin yang Bijaksana, lebih berbelas kasihan dari Freya yang Baik. Sebab Ia datang, kurban disudahi. Thor, si Gelap, yang kepadanya kalian berseru dengan sia-sia, sudah mati. Jauh dalam bayang-bayang Niffelheim ia telah hilang untuk selama-lamanya. Dan sekarang, pada malam Kristus ini, kalian akan memulai hidup baru. Pohon darah ini tidak akan menghantui tanah kalian lagi. Dalam nama Tuhan, aku akan memusnahkannya.” St. Bonifasius kemudian mengeluarkan kapaknya yang lebar dan mulai menebas pohon. Tiba-tiba terasa suatu hembusan angin yang dahsyat dan pohon itu tumbang dengan akar-akarnya tercabut dari tanah dan terbelah menjadi empat bagian.
Di balik pohon oak raksasa itu, berdirilah sebatang pohon cemara muda, bagaikan puncak menara gereja yang menunjuk ke surga. St. Bonifasius kembali berbicara kepada warga desa, “Pohon kecil ini, pohon muda hutan, akan menjadi pohon kudus kalian mulai malam ini. Pohon ini adalah pohon damai, sebab rumah-rumah kalian dibangun dari kayu cemara. Pohon ini adalah lambang kehidupan abadi, sebab daun-daunnya senantiasa hijau. Lihatlah, bagaimana daun-daun itu menunjuk ke langit, ke surga. Biarlah pohon ini dinamakan pohon kanak-kanak Yesus; berkumpullah di sekelilingnya, bukan di tengah hutan yang liar, melainkan dalam rumah kalian sendiri; di sana ia akan dibanjiri, bukan oleh persembahan darah yang tercurah, melainkan persembahan-persembahan cinta dan kasih.”
Maka, mereka mengambil pohon cemara itu dan membawanya ke desa. Duke Alvold menempatkan pohon di tengah-tengah rumahnya yang besar. Mereka memasang lilin-lilin di dahan-dahannya, dan pohon itu tampak bagaikan dipenuhi bintang-bintang. Lalu, St. Bonifasius, dengan Hundrad duduk di bawah kakinya, menceritakan kisah Betlehem, Bayi Yesus di palungan, para gembala, dan para malaikat. Semuanya mendengarkan dengan takjub. Si kecil Asulf, duduk di pangkuan ibunya, berkata, “Mama, dengarlah, aku mendengar para malaikat itu bernyanyi dari balik pohon.” Sebagian orang percaya apa yang dikatakannya benar; sebagian lainnya mengatakan bahwa itulah suara nyanyian yang dimadahkan oleh para pengikut St. Bonifasius, “Kemuliaan bagi Allah di tempat mahatinggi, dan damai di bumi; rahmat dan berkat mengalir dari surga kepada manusia mulai dari sekarang sampai selama-lamanya.”
Sementara kita berkumpul di sekeliling Pohon Natal kita, kiranya kita mengucap syukur atas karunia iman, senantiasa menyimpan kisah kelahiran Sang Juruselamat dalam hati kita, dan menyimak nyanyian pujian para malailat. Kepada segenap pembaca, saya mengucapkan Selamat Hari Raya Natal yang penuh berkat dan sukacita!
– oleh: Romo William P. Saunders
* Fr. Saunders is pastor of Our Lady of Hope Parish in Potomac Falls and a professor of catechetics and theology at Notre Dame Graduate School in Alexandria.
sumber Asal-mula / Sejarah Pohon Natal – oleh: Romo William P. Saunders : “Straight Answers: Christmas Tree Origins” by Fr. William P. Saunders; Arlington Catholic Herald, Inc; Copyright ©2002 Arlington Catholic Herald.  All rights reserved; www.catholicherald.com
Diperkenankan mengutip / menyebarluaskan artikel di atas dengan mencantumkan: “diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya atas ijin The Arlington Catholic Herald.”

Pilih Jenis Bantal yang Tepat

Pernah mendengar istilah salah bantal? Rasa kaku di leher yang menyebabkan Anda merasa sakit apabila menggerakkan leher. Walaupun, belum dapat dipastikan gejala tersebut penyebabnya adalah bantal, tetapi memang menggunakan bantal tidak cocok akan menyebabkan tidur tidak nyaman bahkan dapat menyebabkan sakit tulang pada tulang punggung. Kenali bantal dan pilih yang tepat agar Anda dapat tidur nyenyak dan menikmati tidur yang berkualitas, sehat dan nyaman.
Demi kenyamanan tidur, bantal dan guling biasa menjadi benda yang wajib ada dalam kamar tidur. Jenis bantal bermacam-macam, biasanya dibedakan atas bahan pengisi dan bentuknya. Bahan pengisi bantal yang umum ditemui adalah kapuk, busa, dakron, bulu angsa atau lateks. Setiap jenis pengisi bantal memiliki cirinya sendiri dan berpengaruh untuk kesehatan.
  • Kapuk

    Bahan pengisi bantal yang sudah dikenal sejak lama, namun sudah jarang digunakan sekarang. Berasal dari pohon kapuk, bahan pengisi ini berwarna putih dan terasa licin saat dipegang. Kelemahannya adalah kapuk menjadi tempat favorit bagi tungau dan juga mudah dihinggapi debu, sehingga dapat mengganggu kesehatan. Salah satu untuk mengurangi dampak ini, bantal harus sering dijemur. Bagi penderita asma, kapuk dapat menjadi salah satu pemicu asma, sehingga tidak cocok untuk mereka.
  • Busa

    Bahan pengisi bantal ini seperti spon dan merupakan bahan sintetis digunakan dikenal sebagai pengisi bantal setelah kapuk. Salah satu kelemahannya adalah terasa panas saat digunakan.
  • Memory Foam

    Dibuat dari bahan sejenis busa yang bernama Polyurethane. Bantal dengan bahan pengisi memory foam membutuhkan waktu beberapa lama untuk kembali ke bentuk semula. Material ini menyerap keringat sehingga nyaman saat digunakan.
  • Dakron

    Dakron terbuat dari serat plastik dengan ukuran yang sangat halus. Ketika digunakan sebagai pengisi bantal, dakron diisi dengan 2 cara yaitu dengan cara dilipat atau dengan digumpal. Bantal yang diisi dengan dakron yang dilipat, permukaan bantal akan terasa halus saat diraba, inilah bantal dengan isi dakron yang berkualitas baik. Sedangkan, apabila diisi dengan cara digumpal, permukaannya tidak rata sehingga kualitasnya kurang baik. Semakin berat bantal dakron akan lebih baik karena lama kelamaan bantal dakron akan kempis.
  • Bulu Angsa

    Kerajaan di benua Eropa sudah menggunakan bulu angsa sebagai bahan pengisi bantal sejak zaman dahulu. Kelemahan dari bulu angsa adalah sering menjadi tempat tinggal tungau dan debu sehingga tidak cocok bagi Anda yang menderita alergi. Kelebihannya adalah kelembutannya. Semakin banyak bulu halus dari angsa yang digunakan, maka akan semakin baik kualitasnya. Sebaliknya, jika bulu angsa bagian luar yang lebih banyak digunakan, bantal menjadi kurang baik karena terasa kasar. Bantal bulu angsa dijual dengan harga yang cukup mahal.
  • Lateks

    Lateks terbuat dari getah karet. Ada 2 jenis lateks, yaitu lateks natural yang lebih dari 80% terbuat dari getah karet dan lateks sintetis yang lebih dari 80% terbuat dari bahan sintetis. Permukaan bantal lateks lebih keras dari bantal dakron dan rata. Bantal lateks cocok untuk orang yang bermasalah dengan tulang leher dan tulang belakang. Lateks juga bebas dari tungau sehingga cocok untuk yang biasa menderita alergi.
Rasanya tidur menjadi tidak nyaman jika tidak menggunakan bantal. Selain untuk kenyamanan, penting untuk memilih bantal yang sehat. Karena salah memilih bantal, bisa menyebabkan pegal-pegal sehingga bukannya merasa segar setelah bangun tidur, sebaliknya leher terasa sakit. Ya, bantal dapat menjadi teman setia saat tidur.

Say NO to Hepatitis B

Bagaimana Prevalensinya?
Angka kejadian (prevalensi) hepatitis B kronik di Indonesia diperkirakan mencapai 5-10% dari total penduduk, atau setara dengan 13,5 juta penderita. Jumlah ini membuat Indonesia menjadi negara ke-3 di Asia yang mengidap hepatitis B kroniknya paling banyak, setelah Cina dan India.
  • Sekitar ± 400 juta penduduk di dunia terinfeksi hepatitis B kronis.
  • Setiap tahun ± 10-30 juta kasus infeksi baru
  • Setiap tahun ± 1 juta kematian terkait hepatitis B
  • Di Amerika, sekitar 1,25 juta terinfeksi hepatitis B kronis, dan terdapat ± 100.000 kasus baru setiap tahunnya
Bagaimana Gejalanya?
Hepatitis B merupakan silent disease, di mana seseorang bisa saja terinfeksi selama bertahun-tahun, namun tidak menunjukkan gejala. Akan tetapi pada sebagian besar pengidap hepatitis dapat menunjukkan gejala yang dapat terlihat beberapa minggu atau beberapa bulan setelah terinfeksi, seperti demam, lelah, mual, muntah, nafsu makan berkurang, nyeri perut, dark urine, nyeri otot, dan jaundice.

Bagaimana Cara Penularannya?
Hepatitis B umumnya menular jika darah, dan cairan tubuh lain seperti semen (air mani) atau sekresi vagina dari seseorang yang terinfeksi memasuki tubuh yang tidak terinfeksi.
Hal ini dapat terjadi melalui:
  • Kontak seksual dengan penderita
  • Gigitan manusia
  • Pemakaian bersama jarum suntik, syringes, maupun peralatan obat injeksi lainnya.
  • Dari ibu yang terinfeksi kepada bayinya saat melahirkan.
  • Penggunaan jarum yang tidak steril pada tindik telinga, tato, dan akupuntur
Hepatitis B virus (HBV) tidak ditemukan dalam keringat, air mata, urin, atau sekresi pernafasan.
HBV tidak ditularkan melalui pemakaian bersama perkakas makanan, pelukan, batuk, bersin dan pegangan tangan. Beberapa kasus mengatakan hepatitis tidak tertular melalui makanan atau minuman.

Apakah Hepatitis B Kronis Termasuk Penyakit yang Cukup Serius?
Ya. Sekitar 15-25% pengidap hepatitis B kronis dapat berkembang menjadi penyakit hati yang serius, termasuk kerusakan hati, sirosis, gagal hati, dan kanker hati. Setiap tahun, diperkirakan hingga 4.000 orang di Amerika dan lebih dari 600.000 orang di dunia meninggal akibat penyakit yang terkait hepatitis B.

Kebanyakan orang dewasa yang terinfeksi hepatitis B akan sembuh tanpa ada masalah. Sayangnya, hal ini tidak terjadi pada bayi maupun anak-anak. Semakin muda seseorang terinfeksi pertama kali, maka semakin besar kemungkinan menjadi kronis.
  • Jika seorang dewasa terinfeksi : 10% akan berkembang menjadi infeksi kronis
  • Jika seorang anak terinfeksi : hingga 50% akan berkembang menjadi infeksi kronis
  • Jika seorang bayi terinfeksi : 90% akan berkembang menjadi infeksi kronis
Bagaimana Mengetahui Seseorang Terinfeksi Hepatitis B?
Satu-satunya cara mengetahui apakah seseorang baru terinfeksi hepatitis B, telah sembuh, terinfeksi hepatitis kronis, atau rentan terinfeksi, hanya melalui pemeriksaan darah.

Tiga pemeriksaan standar yang biasa dilakukan yaitu :
  1. HBsAg (hepatitis B surface antigen), adalah penanda awal hepatitis B, yang muncul 4-12 minggu setelah terinfeksi. Bila HBsAg menetap dalam darah lebih dari 6 bulan, berarti terjadi infeksi kronis.
  2. Anti-HBc (antibodi terhadap antigen inti hepatitis B), antibodi ini terdiri dari 2 tipe yaitu IgM anti HBc dan IgG anti-HBc.
    Anti-HBc IgM
    • Muncul 2 minggu setelah HBsAg terdeteksi, dapat bertahan hingga 6 bulan
    • Berperan pada core window (fase jendela) yaitu masa di mana HBsAg sudah hilang, tetapi anti-HBs belum muncul.
    • 10% hepatitis akut tidak terdeteksi hanya dengan memeriksa HBsAg
    Anti-HBc IgG
    • Muncul sebelum anti-HBc IgM hilang
    • Terdeteksi pada hepatitis akut dan kronik
    • Dapat bertahan pada fase penyembuhan (kadar rendah)
    • Tidak mempunyai efek protektif
    Interprestasi hasil positif anti-HBc biasanya tergantung hasil pemeriksaan HBsAg dan Anti-HBs.
  3. Anti-HBs (antibodi terhadap hepatitis B surface antigen), jika hasilnya "positif" atau "reaktif" menunjukkan adanya imunitas atau kekebalan terhadap infeksi HBV, baik dari vaksinasi maupun dari proses penyembuhan infeksi masa lampau. Seseorang yang terinfeksi pada masa lampau, tidak dapat menularkan penyakitnya terhadap yang lain.

Bagaimana Cara Mencegah Hepatitis B?
Vaksinasi sedini mungkin merupakan tindakan pencegahan yang paling tepat, khususnya di Indonesia karena prevalensinya cukup tinggi. Vaksinasi dapat melindungi sekitar 90-95% populasi dewasa muda. Vaksin tersebut aman diberikan pada bayi, anak-anak dan pada orang dewasa. Untuk mencegah penularan secara vertikal, setiap ibu hamil dianjurkan periksa HBsAg, agar dokter dapat mengambil keputusan dalam penanganan ibu hamil selanjutnya, dan agar bayi yang baru lahir dari ibu pengidap segera diberi imunisasi.

Tips Bagi Penderita Penyakit Hati
  • Diet sehat dan seimbang. Jumlah kalori yang dibutuhkan disesuaikan dengan tinggi badan, berat badan dan aktivitas. Pada keadaan tertentu diperlukan diet rendah protein
  • Banyak makan sayur dan buah serta melakukan aktivitas sesuai kemampuan untuk mencegah sembelit
  • Menjalankan pola hidup yang teratur
  • Istirahat yang cukup
  • Konsultasi dengan dokter anda

Tips Mencegah Hepatitis
  • Senantiasa menjaga kebersihan diri dan lingkungan
  • Menghindari penularan melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi, suntikan, tato, tusukan jarum yang terkontaminasi, seks yang tidak aman
  • Bila perlu menggunakan jarum yang disposable atau sekali pakai
  • Pemeriksaan darah donor terhadap hepatitis virus
  • Melakukan hubungan seks yang sehat dan aman
  • Program vaksinasi hepatitis B

Untuk informasi lebih lanjut, kunjungi www.prodia.co.id

Kamis, 22 November 2012

Jenis-Jenis Teks

a. Spoof/Recount
·         Social function:  To retell an event with humorous twist
·         Generic structure:
   1. Orientation: sets the scene
   2. Events: Tell what happened
   3. Twist: provides the ‘punch line’ 
·         Significant Lexica-grammatical features
1. Focus on individual participant
2. Use of material processes
3. Circumstances of time and place
4. Use of past tense
b. Recount
·   Social function: to retell events for the purpose of informing or entertaining
·         Generic structure:
1.  Orientation: provides the setting and introduces participants
    2. Events: tell what happened, in what sequence
    3. Reorientation: optional-closure of events
·         Significant Lexica grammatical Features
1. Focus on individual participant
2. Use of material processes
3. Circumstance of time and place
4. Use of past tense
5. Focus on temporal sequence
c. Report
·         Social function: to describe the way things are, with reference to a range of natural, man-made and social phenomena in our environment
·         Schematic structure:
     1. General classification: tells what the phenomenon under discussions is
       2. Description: tell what the phenomenon under discussion is     like in term of:
a. Parts (and their functions)
b. Qualities
c. Habits or behaviors
·         Significant  Lexica-grammatical Features
     1.  Focus on Generic participants
     2. Use of relational process to state what is and which it is
     3.  No temporal sequence
d. Discussion
·         Social function: to present (at least) two points of view about an issue.
·         Generic structure:
     1. Issue: statement and preview
     2. Argument: point, elaboration and conclusion or recommendation
     Significant Lexica-grammatical Features
1.  Focus on generic human and generic non-human participants
   2.  Use of material process, relational process and mental process
  3.  Use of comparative: contrastive consequential conjunctions
  4.  Reasoning expressed as verbs and nouns (abstraction)
e. Explanation
·         Social function: to explain the processes involved in the formation or workings of natural or socio-cultural phenomena.
·         Generic structure:
    1. A general statements to position the reader
2. A sequence explanation of why or how something occurs
·         Significant Lexica-grammatical Features
    1. Focus on generic, non-human participants
    2. Use mainly of material and relational processes
    3. Use mainly of temporal and causal circumstances and conjunction.
    4. Use of simple past tense
    5.  Some use of passive voice to theme right.
f. Analytical Exposition
·         Social function: to persuade the reader or listener that something is the case
·         Schematic structure:
     1. Thesis
a. Position: introduces topic and indicates writer’s position
b. preview: outlines the main arguments to be presented
     2. Arguments
a. point: restates the main argument outlined in preview
b. elaboration:develops and supports each point/argument
     3. Reiteration: restates writer’s position
·         Significant Lexica-grammatical Features
     1. Focus on generic human and non-human participants
     2. Use of simple past tense
     3. Use of relational processes
     4. Use of internal conjunction to stage argument
 5. Reasoning through causal conjunction or nominalization
g. Hortatory Exposition
·         Social function: to persuade the reader or listener that something should or should not the case
·         Generic structure
     1. Thesis: announcement of issue of concern
     2. Argument: reasons for concern, leading to recommendation
     3. Recommendation: statement of what ought to or ought no to happen
·         Significant Lexica-grammatical Features
     1.  Focus on generic human and non-human participants
     2.  Use of:
          a. Mental process: to state what writer thinks or feels about an issue
          b. Material processes: to state what happens
          c. Relational processes: to state what is or should
     3. Use of simple present tense
h. News Item
·    Social function: to inform reader or viewers about events of the day which are considered newsworthy or important
·     Generic structure:
1. Newsworthy events: recounts the events in summary   form
2. Background events: elaborate what happened, to whom, in    what circumstances
3. Sources: comments by participants in, witnesses to and authorities’ expert on the event
·         Significant Lexica-grammatical Features:
1. Short, telegraphic information about story captured in headline
       2. Use of material processes to retell the events
     3. Use of projecting verbal processes in sources stage
     4. Focus on circumstances.
i. Anecdote
·         Social function: to share with others an account of an unusual or amusing incidents
·         Generic structure:
     1. Abstract: signals the retelling of an unusual incident
     2. Orientation: sets the scene
     3. Crisis: provides details of the un usual incidents
     4. Reaction: reaction to crisis
5. Coda: optional-reflection on or evaluation of the incidents.
·         Significant Lexica-grammatical Features
     1. Use of exclamation, rhetorical question, and intensifiers to point up the significant of the events
     2. Use of material processes to tell what happened
     3. Use of temporal conjunction
j. Narrative
·         Social function: to amuse, entertain and to deal with actual or vicarious experience in different ways; it deals with problematic events which lead to a crisis or turning point of some kind, which in turn finds a resolution.
·         Generic structure:
  1. Orientation: sets the scene and introduces the participants
     2. Evaluation: a stepping back to evaluate the plight
     3. Complication: a crisis arises
     4. Resolution: the crisis is resolved for better or worse
     5. Reorientation: optional
·         Significant Lexico-grammatical Features
     1. Focus on specific and usually individualized participant
     2. Use of material processes
     3. Use of relational processes and mental processes
   4. Use of temporal conjunctions and temporal circumstances
     5. Use of past tense
k. Procedure
·         Social function: to describe how something is accomplished through a sequence of actions or steps.
·         Generic structure:
     1. Goal
     2. Material (not required for all procedural text)
     3. Steps (i.e. goal followed by series of steps oriented to achieving the goal).
·         Significant Lexico-grammatical Features
     1. Focus on generalized human agents
     2. Use of simple present tense, often imperative
     3. Use mainly temporal conjunctions
     4. Use mainly of material processes
l. Description
·         Social function: to describe a particular person, place or thing.
·         Generic structure:
     1. Identification: identifies the phenomenon to be described
     2. Description: describes part, qualities, characteristics
·         Significant Lexico-grammatical
     1. Focus on specific participants
     2. Use of attributive and identifying process
   3. Frequent use of epithets and classifiers in nominal groups
     4. Use of simple present tense.
m. Reviews
·         Social function:  to critique an art work or event for public audience. Such works of a art include; movie, TV shows, books, plays, operas, recordings, exhibitions, concerts, and ballets.
·         Generic structure:
     1. Orientation: places the work in its general and particular context, often by comparing it with others of its kind or through analogue with non-art object or event.
     2. Interpretative recount:summarizes the plot and or provides an account of how the reviewed rendition of the work came into being; is optional but if present, often recursive.
     3. Evaluation:provides an evaluation of the work and or its performance or production; is usually recursive.
     4. Evaluative summation:provides a kind of punch line which sums up the interviewer’s opinion of the art event as a whole; is optional.
·         Significant Lexico-grammatical Features
     1. Focus on particular participants
     2. Direct expression of opinions through use of attitudinal lexis (value-laden vocabulary) including; attitudinal epithets in nominal groups; qualitative attributives and affective mental processes
     3. Use of elaborating and extending clause and group complexes to package the information
     4. Use a metaphorical language.